Langsung ke konten utama

ketokonazole

KETOKONAZOL

Image result for ketokonazol               Image result for ketokonazol

Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat diberikan per oral. Ketokonazol diabsorbsi dengan baik melalui oral yang menghasilkan kadar yang cukup untuk menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral 200 mg, diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan selama 6 jam atau lebih. Absorbsi akan menurun pada pH cairan lambung yang tinggi, atau bila diberikan bersama antasida atau antihistamin H2. Setelah pemberian oral, obat ini dapat ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, kulit yang mengalami infeksi, tendon, dan cairan sinovial. Ikatan dengan protein plasma 84% terutama dengan albumin, 15 % diantaranya berikatan dengan sel darah dan 1% terdapat dalam bentuk bebas. Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertam. Diperkirakan ketokonazol diekskresi kedalam empedu, masuk ke usus dan sebagian kecil saja yang diekskresi melalui urin; semuanya dalam bentuk metabolit tidak aktif (UNSRI, 2004).


Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat diberikan per oral. Ketokonazol diabsorbsi dengan baik melalui oral yang menghasilkan kadar yang cukup untuk menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral 200 mg, diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan selama 6 jam atau lebih. Absorbsi akan menurun pada pH cairan lambung yang tinggi, atau bila diberikan bersama antasida atau antihistamin H2. Setelah pemberian oral, obat ini dapat ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, kulit yang mengalami infeksi, tendon, dan cairan sinovial. Ikatan dengan protein plasma 84% terutama dengan albumin, 15 % diantaranya berikatan dengan sel darah dan 1% terdapat dalam bentuk bebas. Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertam. Diperkirakan ketokonazol diekskresi kedalam empedu, masuk ke usus dan sebagian kecil saja yang diekskresi melalui urin; semuanya dalam bentuk metabolit tidak aktif (UNSRI, 2004).










Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat diberikan per oral. Ketokonazol diabsorbsi dengan baik melalui oral yang menghasilkan kadar yang cukup untuk menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral 200 mg, diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan selama 6 jam atau lebih. Absorbsi akan menurun pada pH cairan lambung yang tinggi, atau bila diberikan bersama antasida atau antihistamin H2. Setelah pemberian oral, obat ini dapat ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, kulit yang mengalami infeksi, tendon, dan cairan sinovial. Ikatan dengan protein plasma 84% terutama dengan albumin, 15 % diantaranya berikatan dengan sel darah dan 1% terdapat dalam bentuk bebas. Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertam. Diperkirakan ketokonazol diekskresi kedalam empedu, masuk ke usus dan sebagian kecil saja yang diekskresi melalui urin; semuanya dalam bentuk metabolit tidak aktif (UNSRI, 2004).


Mekanisme Kerja Ketokonazol:
  • Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi. Misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp.
  • Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzym “cytochrom P. 450” jamur, dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur (Hawari, 2008).
Efek Samping Ketokonazol:
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai terjadi pada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Alergi dapat terjadi pada 4% pasien, dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang diterapi ketokonazol. Hepatitis drug induced dapat terjadi pada beberapa hari pemberian terapi atau dapat terjadi berbulan-bulan setelah pemberian terapi ketokonazol. Ketokonazol dosis tinggi (>800 mg/hari) dapat menghambat human adrenal synthetase dan testicular steroid yang dapat menimbulkan alopesia, ginekomastia dan impoten (Bennet, 2006).

Pertanyaan:
  1. apakah kelebihan obat tersebut dibandingkan dengan obat anti jamur yang lain? dan apakah ketokonazol yang digunakan dalam bentuk topikal juga bisa menyebabkan efek samping mual dan muntah?
  2. apakah aman bila mmenggunakan ketiga bentuk sediaan ketokonazol secara bersamaan?
  3. adakah interaksi obat ini secara oral dengan obat lain?
  4. apakah penggunaan secara topikal untuk ketokonazol ini lebih baik dari pada secara oral?


Komentar

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3

    interaksi obat ketokonazole dengan obat lain adalah
    - Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol.
    - Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketoconazole.
    - Pemberian bersama dengan rifampicin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat.
    - Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma harus dimonitor.

    BalasHapus
  2. sepertinya, jika penggunaan ketoconazole tablet dengan sediaan ketoconazole topikal seperti krim tidak menjadi masalah jika digunakan secara bersama. asalkan dosis sediaan oral digunakan sesuai aturan dosis yang tertera pada brosur/ anjuran dokter. maaf jika jawabannya salah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dg yanti, dimana penggunaan ketiga bentuk sediaan ketokonazol secara bersamaan aman. Namun tetap harus diperhitungkan terkait dosis yg digunakan, karena dg terakumulasi ZA dari 3 bentuk sediaan tersebut akan mempengaruhi bioavaibilitasnya dan efeknya

      Hapus
    2. yupss me too , selagi dalam rentang dosis yang sesuai it's okay dalam rute apapun itu

      Hapus
  3. interaksi obat

    Ketoconazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma obat-obat berikut sehingga meningkatkan efek farmakologisnya dan berpotensi meningkatkan toksisitasnya : vardenafil, tadalafil, sildenafil, vardenafil, kortikosteroid, mometason inhalasi, budesonid oral dan inhalasi, metilprednisolon, ritonavir, indinavir, saquinavir, teofilin, alprazolam, midazolam, karbamazepin, fenitoin, silostazol, aripiprazol, etokonazol, loratadine, tolteradin, dihidropiridin, solifenasin, takrolimus, sirolimus, sinakalset, siklosporin, felodipin, mizolastin, mirtazepin, alfentanil, buprenorfin, erlotinib, imatinib, eletriptan, ivabradin, galantamin, dan eplerenon.
    Jika diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut, konsentrasi plasma ketoconazole berkurang sehingga menurunkan efek farmakologisnya : fenitoin, antimuskarinik, nevirapin, antagonis histamin H2, penghambat pompa proton dan sukralfat, isoniazid, dan rifampisin.
    Jika diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut, konsentrasi plasma ketoconazole meningkat sehingga potensi efek sampingnya meningkat : amprenavir, dan ritonavir.
    Ketoconazole meningkatkan resiko miopati jika diberikan bersamaan dengan simvastatin.
    Ketoconazole meningkatkan efek antikoagulan kumarin.
    Ketoconazole meningkatkan resiko aritmia ventrikular jika diberikan bersamaan dengan dofetilide, quinidine, pimozide, cisapride, metadon, disopiramid, dronedarone, ranolazine dan domperidon.
    Bisa terjadi kegagalan kontrasepsi jika diberikan bersama estrogen.

    BalasHapus
  4. ada ... contoh nya
    Ketokonazol Alfentanil
    ●Analgesik : ketokonazol menghambat metabolisme alfentanil (risiko memperpanjang atau menunda depresi pernafasan); ketokonazol menghambat metabolisme ●buprenorfin (turunkan dosis buprenorfin)

    Ketokonazol Buprenorfin
    ●Analgesik : ketokonazol menghambat metabolisme alfentanil (risiko memperpanjang atau menunda depresi pernafasan); ketokonazol menghambat metabolisme ●buprenorfin (turunkan dosis buprenorfin)

    Ketokonazol Antasida
    Antasida : antasida dapat menurunkan absorpsi ketokonazol

    Ketokonazol Kuinidin
    ●Antiaritmia : ketokonazol dan mikonazol meningkatkan konsentrasi plasma ●kuinidin (meningkatkan risiko aritmia ventrikular-hindari penggunaan bersamaan)

    Ketokonazol Rifampisin
    ●Antibakteri : ●rifampisin meningkatkan kecepatan metabolisme ketokonazol (menurunkan konsentrasi plasma), ketokonazol juga dapat menurunkan konsentrasi plasma rifampisin; isoniazid dapat menurunkan konsentrasi plasma ketokonazol

    Ketokonazol Isoniazid
    ●Antibakteri : ●rifampisin meningkatkan kecepatan metabolisme ketokonazol (menurunkan konsentrasi plasma), ketokonazol juga dapat menurunkan konsentrasi plasma rifampisin; isoniazid dapat menurunkan konsentrasi plasma ketokonazol

    Ketokonazol Kumarin
    ●Antikoagulan : ketokonazol dan mikonazol meningkatkan efek antikoagulan ●kumarin

    Klonidin Beta bloker
    Beta bloker : meningkatkan risiko hipertensi sebagai gejala putus obat jika klonidin diberkan bersama ●beta bloker (hentikan beta bloker beberapa hari sebelum menghentikan pemberian klonidin secara perlahan-lahan)

    Klonidin Antagonis Kalsium
    Antagonis kalsium : meningkatkan efek hipotensi

    BalasHapus
  5. 3.
    tergantung efek yang diinginkan, jika obat tersebut digunakan untuk mengobati tubuh bagian luar,sebaiknya digunakan secara topikal untuk meminimalisir efek samping. tetapi jika obat tersebut digunakan untuk mengobati bagian dalam tubuh, maka sebaiknya menggunakan sediaan dalam bentuk oral.

    BalasHapus
  6. 1. Saya belum menemukan artikel tentang kelebihan ketokonazol dengan obat antijamur yang lain. Namun, ketokonazol diberikan secara topikal tidak memberikan efek samping mual dan muntah. Karena obat tersebut diberikan secara topikal (melalui kulit), sehingga tidak mempengaruhi sistem pencernaan didalam tubuh. Lain jika diberikan secara oral, dapat menimbulkan efek samping mual dan muntah

    BalasHapus
  7. Saya akan mencoba menjawab interaksi obat ketokonazole dg obat lainnya ,interaksi yang terjadi adalah

    Reduced absorption w/ antimuscarinics, antacids, H2-blockers, PPIs and sucralfate. Reduced plasma concentrations w/ rifampicin, isoniazid, efavirenz, nevirapine, phenytoin. May also reduce concentrations of isoniazid and rifampicin. May reduce efficacy of oral contraceptives. May increase serum levels of CYP3A4 substrates e.g. digoxin, oral anticoagulants, sildenafil, tacrolimus.
    Potentially Fatal: May potentiate and prolong sedative and hypnotic effects of midazolam and triazolam. Increased plasma levels and prolonged QT intervals of astemizole, cisapride, dofetilide, pimozide, quinidine and terfenadine which may lead to torsade de pointes. Increased risk of myopathy w/ HMG-CoA reductase inhibitors (e.g. lovastatin, simvastatin). Markedly increased plasma levels of nisoldipine. Increased risk of hyperkalaemia and hypotension w/ eplerenone. Increased risk of vasospasm potentially leading to cerebral ischaemia w/ ergot alkaloids (e.g. ergotamine, dihydroergotamine).

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTIHISTAMIN

ANTIHISTAMIN • Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H 1 , H 2 , dan H 3 • Berdasarkan hambatan pada reseptor khas , antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ; antagonis H 1 , antagonis H 2 , dan antagonis H 3      ANTAGONIS H1   Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin H1.        Antagonis H1 dievaluasi berdasarkan kemampuannya menghambat kejang karena induksi histamin pada secarik ileum marmot terpisah      Antagonis H1 bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca     Ar : gugus aril ( fenil , fenil tersubsitusi , dan                  heteroaril ) Ar ’ : gugus aril kedua R dan R’ : gugus alkil X : gugus isosterik , sepe...

OXAMNIQUINE

OXAMNIQUINE Obat ini sangat efektif hanya untuk S.mansoni. Dosis sekali 12-15 mg/kg/hari. Ada juga yang memberikan 40-60 mg/kg/hari dosis terbagi 2 atau 3 selama 2-3 hari, diberikan bersama makanan.angka kesembuhan 70-95%.  Pada awal 1960-an satu-satunya obat yang tersedia adalah lucanthone trisiklik dan antimonial seperti stibocaptate. Namun kedua obat ini memiliki efek samping yang cukup besar. Pada tahun 1964, Pfizer memprakarsai sebuah proyek yang bertujuan untuk mengembangkan obat baru bagi penyakit schistosomiasis, lalu ditemukanlah obat oxamniquine.      Oxamniquine sekarang diketahui menghambat sintesis asam nukleat di sel skistosomal. Mekanisme aksinya diduga melibatkan aktivasi enzim sulphotransferase yang ada pada sel parasit. Setelah oxamniquine terikat pada site aktif dari enzim schistosomal gugus hidroksil dirubah menjadi ester sulfat. Dimana struktur akhir yang terbentuk adalah sebuah zat alkilasi yang akan mengalki...